TNC. Untuk terus meningkatkan minat di bidang teater, Teater Biru
STIE Bima melakukan Makrab III untuk melakukan pengkaderan, Kamis (17/10) ini.
Malam Keakraban III ini dilaksanakan selama 3 hari, dengan jumlah peserta sebanyak
33 orang. “yang mendaftar 33 orang” jelas Arif Aminullah selaku Ketua Panitia
dalam sambutannya. Pendanaan dalam kegiatan ini semuanya berasal dari dana kas
Teater Biru.
Sesuai dengan tema yang diangkat, yaitu Mari membangun jiwa
kepemimpinan dalam bingkai kearifan lokal. Ketua Teater Biru mengharapkan
kegiatan ini dapat memupuk jiwa kepemimpinan yang berbasis pada seni dan budaya
yang ada di masyarakat. “kegiatan ini agar memupuk jiwa kepemimpinan yang
berbasis seni dan budaya sesuai dengan kearifan lokal” harapnya.
Dengan mengikuti kegiatan seperti ini, Maruf, S.Pd selaku
pembina Teater Biru menekankan agar mahasiswa baru yang akan dibekali untuk
menjadi anggota teater biru supaya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk
kegiatan yang positif. “jangan siakan waktu yang begitu bagus” ungkapnya
dihadapan 24 orang peserta yang hadir.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan
berorganisasi, salah satunya adalah kita bisa berani tampil didepan masyarakat
dan menambah ilmu pengetahuan. Maruf mengaku bahwa di teater tidak hanya seni
yang dipelajari, tetapi masih banyak hal lain. “ini moment untuk menambah
wawasan” akunya.
Firdaus, ST MM selaku Ketua STIE Bima dalam sambutannya
mengharapkan kegiatan ini dapat memberi perubahan kepada para calon anggota
baru Teater Biru. “setiap kegiatan harusnya ada perubahan. Saya harapkan
kegiatan ini bisa memberi perubahan” harapnya. Untuk itu, Firdaus mengaku pada
tahun 2014 nanti, STIE Bima mencoba mengintervensi kurikulum STIE Bima dengan
menambah Muatan Lokal yang berkaitan dengan seni. “2014 kami mencoba
mengintervensi kurikulum dengan muatan lokal terkait seni” ungkap pria
berkacamata ini.
Firdaus sendiri mengomentari tema yang diangkat oleh
panitia. Orang nomor satu di STIE Bima ini mengaku kearifan lokal bisa
digunakan untuk meredam berbagai konflik yang terjadi di mayarakat. Ia meyakini
bahwa pendekatan budaya bisa menghindari terjadinya konflik yang ada, seperti
yang terjadi di bima selama ini. “jika kita meyakini dana mbojo itu satu, saya
yakin tidak akan ada konflik itu. Budaya merupakan strategi jitu untuk meredam
konflik” ungkapnya. “saya yakin itu bisa” lanjutnya dengan penuh
keyakinan. (elo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar