Kamis, 17 Oktober 2013

Teater Biru STIE Bima Adakan Malam Keakraban III



TNC. Untuk terus meningkatkan minat di bidang teater, Teater Biru STIE Bima melakukan Makrab III untuk melakukan pengkaderan, Kamis (17/10) ini. Malam Keakraban III ini dilaksanakan selama 3 hari, dengan jumlah peserta sebanyak 33 orang. “yang mendaftar 33 orang” jelas Arif Aminullah selaku Ketua Panitia dalam sambutannya. Pendanaan dalam kegiatan ini semuanya berasal dari dana kas Teater Biru. 
 
Sesuai dengan tema yang diangkat, yaitu Mari membangun jiwa kepemimpinan dalam bingkai kearifan lokal. Ketua Teater Biru mengharapkan kegiatan ini dapat memupuk jiwa kepemimpinan yang berbasis pada seni dan budaya yang ada di masyarakat. “kegiatan ini agar memupuk jiwa kepemimpinan yang berbasis seni dan budaya sesuai dengan kearifan lokal” harapnya.  

Dengan mengikuti kegiatan seperti ini, Maruf, S.Pd selaku pembina Teater Biru menekankan agar mahasiswa baru yang akan dibekali untuk menjadi anggota teater biru supaya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk kegiatan yang positif. “jangan siakan waktu yang begitu bagus” ungkapnya dihadapan 24 orang peserta yang hadir. 

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan berorganisasi, salah satunya adalah kita bisa berani tampil didepan masyarakat dan menambah ilmu pengetahuan. Maruf mengaku bahwa di teater tidak hanya seni yang dipelajari, tetapi masih banyak hal lain. “ini moment untuk menambah wawasan” akunya. 

Firdaus, ST MM selaku Ketua STIE Bima dalam sambutannya mengharapkan kegiatan ini dapat memberi perubahan kepada para calon anggota baru Teater Biru. “setiap kegiatan harusnya ada perubahan. Saya harapkan kegiatan ini bisa memberi perubahan” harapnya. Untuk itu, Firdaus mengaku pada tahun 2014 nanti, STIE Bima mencoba mengintervensi kurikulum STIE Bima dengan menambah Muatan Lokal yang berkaitan dengan seni. “2014 kami mencoba mengintervensi kurikulum dengan muatan lokal terkait seni” ungkap pria berkacamata ini.

Firdaus sendiri mengomentari tema yang diangkat oleh panitia. Orang nomor satu di STIE Bima ini mengaku kearifan lokal bisa digunakan untuk meredam berbagai konflik yang terjadi di mayarakat. Ia meyakini bahwa pendekatan budaya bisa menghindari terjadinya konflik yang ada, seperti yang terjadi di bima selama ini. “jika kita meyakini dana mbojo itu satu, saya yakin tidak akan ada konflik itu. Budaya merupakan strategi jitu untuk meredam konflik” ungkapnya. “saya yakin itu bisa” lanjutnya dengan penuh keyakinan. (elo) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...