TNC. Sulit dipercaya, hampir
semua wilayah di negeri tercinta ini mempunyai anak balita yang menderita gizi
buruk. Akar persoalanya membentang dari permasalahan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, pola asuh, life
style, hingga sulitnya akses kesehatan sehubungan dengan lokasi tempat tinggal
penduduk yang terpencil dan sulit dijangkau. Arti gizi buruk sendiri adalah
suatu kondisi dimana seseorang dikatakan kekurangan nutrisi, atau dengan
ungkapan lain status nutrisinya dibawah standar rata- rata.
Nutrisi yang dimaksud
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Secara umum gizi buruk pada bayi,
balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental
lemah. Masalah gizi timbul
bukan hanya karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi
juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Kesehatan yang baik seperti penyediaan
air bersih dan PHBS akan mengurangi penyakit infeksi.
Salah
satu ilmuan dunia, Scrimshaw menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara
infeksi (bakteri, virus, parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan
interaksi yang sinergis antara malnutrisi dan penyakit infeksi, dan juga
infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.
Beberapa waktu belakangan
ini, masalah gizi buruk hangat dibicarakan oleh masyarakat Bima. Hal ini dipicu
oleh aksi plesiran istri pejabat Bima ke Thailand. Diwilayah provinsi NTB,
penderita gizi buruk di Kabupaten Bima yang sangat memprihatinkan. Saat ini Kabupaten Bima tercatat
sebanyak 5.895 balita yang memiliki masalah gizi. Angka ini mengantarkan
Kabupaten Bima menempati urutan pertama dari seluruh kabupaten/kota di NTB
terkait masalah gizi balita.
Sejauh ini
Kementerian terus mendata jumlah riil anak yang mengalami gizi buruk. Belum bisa
dipastikan jumlah anak dengan gizi buruk, namun diprerkirakan mencapai 8 juta seperti yang dilansir Deputi
Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional, Nina Sardjunani.
Katanya, Indonesia masih menjadi
penyumbang angka anak kurang gizi di dunia, yang jumlah totalnya di seluruh
dunia mencapai 165 juta. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan
yang pendek dan berat badan yang rendah. Anak-anak yang kurang gizi biasanya
lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kilogram.
Kementerian, kata Nafsiah, tetap melakukan upaya preventif untuk mengurangi anak dengan gizi buruk. Pencegahan dini dilakukan dengan edukasi gizi pada calon ibu. "Selama ini dimonitor terus untuk mencegah anak lahir dengan berat badan rendah," ujarnya.
Kementerian, kata Nafsiah, tetap melakukan upaya preventif untuk mengurangi anak dengan gizi buruk. Pencegahan dini dilakukan dengan edukasi gizi pada calon ibu. "Selama ini dimonitor terus untuk mencegah anak lahir dengan berat badan rendah," ujarnya.
Adapun beberapa penanganan gizi buruk
pada balita yang dapat dilakukan pada calon ibu, diantaranya adalah : 1) Beri makanan yang seimbang; 2) Beri ASI pada anak baru lahir sampai 2 tahun; 3) Minum obat cacing setiap 6
bulan sekali; 4) Jaga kebersihan rumah dan lingkungan; 5) Beri makanan sedikit tapi
sering; 6) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan; 7) Ikuti program posyandu
setempat, pemberian vitamin; 8) Makan makanan gizi seimbang secara teratur; 9) Perbanyak minum air putih. Jika anak telah menderita karena
kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk
karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah
sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari. prasta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar