Rabu, 25 September 2013

Gizi Buruk Masih Menghantui Bima



TNC. Sulit dipercaya, hampir semua wilayah di negeri tercinta ini mempunyai anak balita yang menderita gizi buruk. Akar persoalanya membentang dari permasalahan ekonomi,  rendahnya tingkat pendidikan, pola asuh, life style, hingga sulitnya akses kesehatan sehubungan dengan lokasi tempat tinggal penduduk yang terpencil dan sulit dijangkau. Arti gizi buruk sendiri adalah suatu kondisi dimana seseorang dikatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya dibawah standar rata- rata. 


Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Secara umum gizi buruk pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah. Masalah gizi timbul bukan hanya karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Kesehatan yang baik seperti penyediaan air bersih dan PHBS akan mengurangi penyakit infeksi. Salah satu ilmuan dunia, Scrimshaw menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus, parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.

Beberapa waktu belakangan ini, masalah gizi buruk hangat dibicarakan oleh masyarakat Bima. Hal ini dipicu oleh aksi plesiran istri pejabat Bima ke Thailand. Diwilayah provinsi NTB, penderita gizi buruk di Kabupaten Bima yang sangat memprihatinkan. Saat ini Kabupaten Bima tercatat sebanyak 5.895 balita yang memiliki masalah gizi. Angka ini mengantarkan Kabupaten Bima menempati urutan pertama dari seluruh kabupaten/kota di NTB terkait masalah gizi balita.
Sejauh ini Kementerian terus mendata jumlah riil anak yang mengalami gizi buruk. Belum bisa dipastikan jumlah anak dengan gizi buruk, namun diprerkirakan  mencapai 8 juta seperti yang dilansir Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Nina Sardjunani.

Katanya, Indonesia masih menjadi penyumbang angka anak kurang gizi di dunia, yang jumlah totalnya di seluruh dunia mencapai 165 juta. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan yang pendek dan berat badan yang rendah. Anak-anak yang kurang gizi biasanya lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kilogram.

Kementerian, kata Nafsiah, tetap melakukan upaya preventif untuk mengurangi anak dengan gizi buruk. Pencegahan dini dilakukan dengan edukasi gizi pada calon ibu. "Selama ini dimonitor terus untuk mencegah anak lahir dengan berat badan rendah," ujarnya.

Adapun beberapa penanganan gizi buruk pada balita yang dapat dilakukan pada calon ibu, diantaranya adalah : 1) Beri makanan yang seimbang; 2) Beri ASI pada anak baru lahir sampai 2 tahun; 3) Minum obat cacing setiap 6 bulan  sekali; 4) Jaga kebersihan rumah dan lingkungan; 5) Beri makanan sedikit tapi sering; 6) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan; 7)  Ikuti program posyandu setempat, pemberian vitamin; 8) Makan makanan gizi seimbang secara teratur; 9) Perbanyak minum air putih. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. 

Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari. prasta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...