Senin, 08 Oktober 2012

Teduhnya Teka Sire

Catatan Motivator KM. Tembe Nggoli
Siang yang panas, menempuh perjalanan 20 Km dari rumah. Semua dijalani demi menikmati teduhnya suasana Teka Sire. Sambil menikmati nikmatnya jagung rebus, melengkapi indahnya suasana bercengkrama bersama teman. Ayo buktikan shobat,!

Bagi warga Desa Madaprama, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Teka Sire merupakan lokasi favorit untuk melepas teduh dan bercengkrama dengan sanak keluarga serta sahabat. Lokasinya sekitar 1 Km disebelah barat pemukiman penduduk desa Madaprama.


Dimusim kemarau yang panas seperti ini, menikmati jagung rebus di Teka Sire cukup meneduhkan suasana. Terletak di pinggi jalan Lintas Dompu-Sumbawa, dan berada di atas bukit, menambah keindahan Teka Sire. Dibawah rimbunan pohon, sambil memandang wilayah Dompu, khususnya sebagian kecil wilayah barat Kecamatan Woja, menjadikan lokasi ini semakin ramai dikunjungi oleh warga ataupun pengendara yang singgah untuk melepas lelah.


Lokasi Teka Sire, mulai dipadati penjual sekitar awal tahun 2000an. Ada beberapa pedagang jagung yang ada disepanjang wilayah Teka Sire. Sekitar 20an pedagang yang menjajakan jagung rebus disini, dan didominasi warga lokal.

Rabayah mengaku, selama berjualan di Teka Sire, belum ada pemerintah yang menagih ataupun meminta biaya retribusi untuk pedagang. "disini kami tidak bayar" akunya. Rabayah mengaku, omset dari berdagang jagung di Teka Sire sekitar 150-200 ribu pedagang perpedagang. Jika dihitung rata-rata 200 ribu sehari dan dikali 20 orang pedagang, setiap harinya Teka Sire memiliki omset sebesar 4 juta sehari. Dari omset tersebut, keuntungan yang diperoleh oleh seluruh pedagang sekitar setengahnya, atau sekitar 2 juta.

Rabayah (35) salah satu pedagang yang sejak 2003 sudah berjualan disini mengaku, Sabtu Minggu dan waktu libur adalah waktu yang paling ramai. "biasanya waktu libur itu rame disini, sabtu pulang kerja paling rame" akunya.

Rabayah berharap, Teka Sire nantinya bisa lebih maju dan ramai lagi. Mengingat lokasinya yang teduh dan sering dilalui oleh kendaraan. Walau begitu, saat ini tidak ada fasilitas pendukung seperti Musholla dan juga WC umum. Sehingga masyrakat yang ingin BAB/BAK, harus balik ke desa yang jaraknya sekitar 1 Km untuk menumpang kamar mandi warga. "disini belum ada musholla dan WC umum, semoga aja ada, biar lebih nyaman" harapnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...