TNC. Kamis (4/7) kemarin Kesultanan Bima mentatkan sejarah baru, secara resmi Kesultanan Bima mengangkat seorang Sultan yang ke-16. Acara seperti ini sudah lama tidak dilaksanakan, namun akhirnya berhasil dilaksanakan juga. Setidaknya itu yang disampaikan ketua panitia, DR. Hj. Siti Maryam, SH dalam kata pengantar yang disampaikannya didepan Sultan se Nusantara. "98 tahun yang lalu terakhir kali ini (Tuha ro Lanti) diadakan" sampainya.
Acara Tuha ro Lanti sejatinya dimulai pukul 9 pagi, sebelum memasuki acara inti, sebagai pra-acara, panitia menyuguhkan tarian khas Bima, Tari Mpa'a Salempa menjadi pembuka yang dilanjutkan dengan Tarian Massal Bunga Sanggobo dan ditutup dengan penampilan kesenian Khadrah dari Desa Kalampa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.
Sekitar Pukul 9.10 acara inti dimulai. Bunyi Lonceng sebanyak 7 kali yang digantung di Lare-lare (menara diatas pintu gerbang) menandakan prosesi Tuha ro Lanti akan segera dimulai, diikuti dengan Pasukan suba yang memasuki arena dan mengelilingi Babuju (gundukan tanah) tempat prosesi Tuha dilakukan, yang diiringi dengan tiupan Sarone (alat musik khas Bima).
Setelah semua Pasukan Suba mengelilingi lokasi Tuha, prosesi Tuha ro Lanti dilanjutkan dengan pembacaan Qalam Illahi dan Do'a. Acara dilanjutkan dengan penyampaian kata pengantar dari ketua panitia DR. Hj. Siti Maryam, SH atau yang akrab disapa Ruma Mari yang juga merupan Bibi dari Jena Teke yang akan dilantik menjadi Sultan, H. Ferry Zulkarnain, ST.
Selain menyampaikan kata pengantar, Ruma Mari juga memperkenalkan Sultan dan Raja se-Nusantara yang hadir dalam prosesi Tuha ro Lanti ini. Beberapa diantaranya adalah dari Kesultanan Palembang, Lampung, Demak, Sumbawa, Dompu, serta Kerajaan Goa, Talo, Pejanggik, Ladende dan Solo. Selain itu ada juga perwakilan Kerajaan Kelantan dan Selangor Malaysia yang turut hadir pada prosesi Tuha ro Lanti ini.
Setelah penyampain kata pengantar dari Ruma Mari, prosesi Tuha ro Lanti dilanjutkan oleh sambutan dari Wakil Gubernur NTB. Setelah itu barulah masuk pada acara yang dinanti-nanti, yaitu proses Tuha yang sangat sakral. 5 orang Ncuhi mulai memasuki lokasi Tuha. Kemudian berdialog untuk mengangkat seorang Sultan. Setelah itu barulah Jena Teke (calon sultan/putra mahkota) yang akan di-Tuha menaiki Babuju.
Seusai prosesi Tuha dilaksanakan, barulah Jena Teke ditandu menuju lokasi Lanti. pada prosesi Lanti ini, Ruma Mari memasang Mahkota Kerajaan yang berhiaskan emas berlian di kepala Jena Teke, yang dilanjutkan dengan Kande Galara Na'e Sape. Setelah prosesi Tuha ro Lanti selesai, Resmi sudah masyarakat Bima memiliki sultan yang baru.
Acara Tuha ro Lanti kemudian dilanjutkan dengan suguhan tari Lenggo U'a Pua dan tari Mpa'a Sampari. Kemudian para Sultan dan Raja yang hadir memberikan ucapan selamat dan cendramata kepada Sultan yang baru saja dinobatkan.
Itulah sekilas tentang prosesi Tuha ro Lanti Sultan Bima ke-16 yang dilangsungkan kemarin, kamis (4/7) di Museum Asi Mbojo. Mari terus terus menjaga kebudayaan dan adat istiadat kita sebagai jati diri Dou Mbojo. alimin
Acara Tuha ro Lanti sejatinya dimulai pukul 9 pagi, sebelum memasuki acara inti, sebagai pra-acara, panitia menyuguhkan tarian khas Bima, Tari Mpa'a Salempa menjadi pembuka yang dilanjutkan dengan Tarian Massal Bunga Sanggobo dan ditutup dengan penampilan kesenian Khadrah dari Desa Kalampa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.
Sekitar Pukul 9.10 acara inti dimulai. Bunyi Lonceng sebanyak 7 kali yang digantung di Lare-lare (menara diatas pintu gerbang) menandakan prosesi Tuha ro Lanti akan segera dimulai, diikuti dengan Pasukan suba yang memasuki arena dan mengelilingi Babuju (gundukan tanah) tempat prosesi Tuha dilakukan, yang diiringi dengan tiupan Sarone (alat musik khas Bima).
Setelah semua Pasukan Suba mengelilingi lokasi Tuha, prosesi Tuha ro Lanti dilanjutkan dengan pembacaan Qalam Illahi dan Do'a. Acara dilanjutkan dengan penyampaian kata pengantar dari ketua panitia DR. Hj. Siti Maryam, SH atau yang akrab disapa Ruma Mari yang juga merupan Bibi dari Jena Teke yang akan dilantik menjadi Sultan, H. Ferry Zulkarnain, ST.
Selain menyampaikan kata pengantar, Ruma Mari juga memperkenalkan Sultan dan Raja se-Nusantara yang hadir dalam prosesi Tuha ro Lanti ini. Beberapa diantaranya adalah dari Kesultanan Palembang, Lampung, Demak, Sumbawa, Dompu, serta Kerajaan Goa, Talo, Pejanggik, Ladende dan Solo. Selain itu ada juga perwakilan Kerajaan Kelantan dan Selangor Malaysia yang turut hadir pada prosesi Tuha ro Lanti ini.
Setelah penyampain kata pengantar dari Ruma Mari, prosesi Tuha ro Lanti dilanjutkan oleh sambutan dari Wakil Gubernur NTB. Setelah itu barulah masuk pada acara yang dinanti-nanti, yaitu proses Tuha yang sangat sakral. 5 orang Ncuhi mulai memasuki lokasi Tuha. Kemudian berdialog untuk mengangkat seorang Sultan. Setelah itu barulah Jena Teke (calon sultan/putra mahkota) yang akan di-Tuha menaiki Babuju.
Seusai prosesi Tuha dilaksanakan, barulah Jena Teke ditandu menuju lokasi Lanti. pada prosesi Lanti ini, Ruma Mari memasang Mahkota Kerajaan yang berhiaskan emas berlian di kepala Jena Teke, yang dilanjutkan dengan Kande Galara Na'e Sape. Setelah prosesi Tuha ro Lanti selesai, Resmi sudah masyarakat Bima memiliki sultan yang baru.
Acara Tuha ro Lanti kemudian dilanjutkan dengan suguhan tari Lenggo U'a Pua dan tari Mpa'a Sampari. Kemudian para Sultan dan Raja yang hadir memberikan ucapan selamat dan cendramata kepada Sultan yang baru saja dinobatkan.
Itulah sekilas tentang prosesi Tuha ro Lanti Sultan Bima ke-16 yang dilangsungkan kemarin, kamis (4/7) di Museum Asi Mbojo. Mari terus terus menjaga kebudayaan dan adat istiadat kita sebagai jati diri Dou Mbojo. alimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar