TNC. Dalam perencanaan penganggaran,
musrenbang merupakan langkah pertama dan paling mudah untuk masyarakat
menyuarakan aspirasi dan perencanaan yang mereka miliki. Walau begitu, aspirasi
warga kadang digantikan oleh aspirasi dari birokrat dan juga kepentingan
politik dari penguasa. Setidaknya itulah yang disampaikan oleh Dewa, salah
seorang narasumber dalam Lokalatih ECV dan Pemetaan partisipatif yang
dilaksanakan di Dompu 19-23 November 2013. “aspirasi warga dikurangi karena
adanya kepentingan politik dari bupati/walikota” ungkap pria berkacamata ini.
Dewa mengungkapkan, dalam melakukan
advokasi terkait peta kawasan, perlu juga masyarakat mengetahui dibagian mana
masyarakat harus mengawal aspirasi mereka. Masyarakat penting mengetahui siklus
penganggaran, karena pemilik modal, akan menggunakan segala upaya untuk dapat
memuluskan jalan agar usaha mereka bisa berkembang dan berjalan di daerah yang
mereka inginkan.
“pemilik modal akan mempengaruhi kebijakan
pemerintah demi memuluskan kepentingan mereka” ungkap Kasmita Widodo. Pemilik
modal sudah jauh hari menyiapkan strategi untuk mengolah sumber daya alam yang
ada di suatu daerah. Kebijakan pemerintahpun mereka bisa atur demi memuluskan
jalan mereka untuk mengeksploitasi kekayaan alam.
“masyarakat harus punya konsep tandingan”
ungkapnya. Untuk melawan kekuatan pemilik modal, masyarakat harus punya
kesadaran untuk membangun kekuatan melawan pemodal yang hanya semata-mata untuk
mengeksploitasi kekayaan alam yang mereka miliki.
“jika pemilik lahan atau masyarakat
menolak, pemodal tidak akan bisa melakukan penambangan atau eksploitasi di lahan
tersebut” ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar