Selasa, 28 Januari 2014

Apatisme Warga Akan Meningkatkan Korupsi

TNC. Untuk memberantas korupsi di tingkat daerah maupun di tingkat nasional diperlukan suatu strategi yang benar untuk mendukung semangat anti korupsi. Selain itu perlu dilihat kembali kebijakan pemerintah selama beberapa tahun sebelumnya dan menganalisa peluang yang ada di tahun berikutnya. "kita harus membaca ulang 15 tahun terakhir kondisinya seperti apa dan menatap peluang yang ada untuk beberapa tahun kedepan" ungkap Lucky Jani salah satu narasumber pada acara Workshop Rencana Strategis yang diadakan oleh Somasi NTB di Hotel Giri Mataram, Selasa (28/1). 


Korupsi setiap masa sangat berbeda, jika pada saat orde baru korupsi dilakukan oleh sebagian orang saja, namun pada saat sekarang ini korupsi sudah menjalar hingga ke tingkat yang paling kecil, yaitu desa. Lucky menyatakan ada hubungan antara negara dengan warga dan negara dengan kapital dan antar masyarakat sipil. "negara saat ini lebih kuat dari warga, karena negara punya kekuasaan yang besar dan warga masih bergelut dengan keterbatasannya" ungkapnya.

Sedangkan untuk hubungan negara dengan kapital, Negara tidak bisa lepas dari kapital untuk pengelolaan sumber daya alam yang ada di negara. Negara memiliki sumber daya alam yang tidak terbatas, sedangkan kapital punya kepentingan yang besar dengan kekayaan alam tersebut. "di Indonesia pengusaha selalu bermain di banyak partai politik, karena pengusaha ataupun kontraktor masih banyak yang menyusu pada pemerintah" ungkap Lucky.

Korupsi di Indonesia semakin diperparah dengan sikap apatis dari warga masyarakat yang ada. Arie Sujito sebagai Dewan Seknas Fitra mengaku kecenderungan masyarakat apatis terhadap korupsi sudah mulai muncul. "yang paling parah jika masyarakat dan NGO sudah menjadi bagian dari korupsi itu sendiri" ungkap Peneliti IRE ini. (elo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...