Kamis, 10 Desember 2015

3 Pemimpin Perempuan Di Bima



KM TNC. Jika hasil Quick Qount sementara ini valid dan sama dengan keputusan Resmi KPUD Kabupaten Bima bahwa pasangan Dinda Dhamayanti Puteri – Baba Leo Dahlan memenangkan Pilkada Kabupaten Bima, berarti Dinda adalah perempuan ketiga yang memimpin Bumi Maja Labo Dahu ini. Mari kita urai dari sejarah.

Pada masa kesultanan Bima, Perempuan pertama dan satu-satunya yang menjadi Sultanah adalah Kumalasyah atau Kumala Bumi Partiga. Dia merupakan tokoh wanita Bima pada abad XVIII yang memiliki komitmen kuat dalam mempertahankan kedudukan Bima sebagai kesultanan yang dihormati kawan dan ditakuti lawan. Kumalasyah menjabat sebagai Sultanah pada tahun 1747 – 1751. Kumalasyah memulai debut karir politiknya ketika menjadi istri sultan Abdul Kudus Makassar. Dari pernikahan itu Kumala mempunyai seorang putera yang bernama Usman yang nama makassarnya dikenal dengan “ Amas Madina “ yang kemudian naik tahta menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun 1753. Tregedi kematian Abdul Kudus ini semakin mengobarkan semangat Kumalasyah untuk berjuang melawan Belanda di Makassar dan Bima. Kebencian Belanda kepada Kumalasyah berawal ketika dia mengangkat puteranya Amas Madina sebagai sultan Makassar dalam usia 6 tahun pada tanggal 21 Desember 1753.
Kumalasyah tampil di pentas sejarah menjadi jembatan dan pelerai perseteruan antara Bima dengan Makassar atas tanah Manggarai sekaligus menghentikan intrik adu domba Belanda yang mengadu Bima dengan Makassar yang masih serumpun dan sedarah. Disamping itu, Kumala mengetahui bahwa Wali Sultan Abdul Ali termakan hasutan Belanda dan telah menandatangani kontrak dagang dengan Belanda yang sangat merugikan perekenomian Kesultanan Bima. Bima terpaksa mengakui politik monopoli dagang Belanda. Campur tangan Kumala Bumi Partiga terpaksa dilakukan untuk menyelematkan Bima sekaligus Makassar. Berkat usaha itulah hubungan Bima dengan Makassar dapat diperbaiki kembali.
Pembangkangan Kumala Bumi Partiga atas semua kesepakatan yang dibuat menimbulkan kemarahan Belanda. Penangkapan terhadap Kumala dan puteranya Amas Madina mulai dilakukan. Pada tanggal 22 Agustus 1766 Amas Madina terpaksa meninggalkan Makassar karena usaha-usaha licik Belanda. Dia menemui ibunya di Bima. Dan pada tahun 1767 Bumi Partiga dan puteranya Amas Madina ditangkap Residen Belanda dalam sebuah undangan musyawarah yang memang telah direncanakan oleh Belanda. Bumi Partiga dituduh bekerja sama dengan Ingriss kemudian ibu dan anak itu dibawa ke Batavia (Jakarta) dan akhirnya dibuang ke Sailon Srilangka pada tahun 1795. Informasi lain diperoleh bahwa Kumalsyah tidak dibuang ke Sailon, tetapi hanya di Batavia. Dimanakah Makamnya ?. Perlu penelusuran lebih lanjut.
Perempuan kedua yang pernah memimpin Bima adalah Dr. Hj. Siti Maryam Muhammad Salahuddin. Dalam Buku “ Demi Masa, Kenangan Perjalanan Karir Hj. Siti Maryam Salahuddin” yang ditulis Naniek L. Taufan halaman 89, Ina Ka’u Mari pernah menjabat sebagai pejabat sementara Bupati Bima pada masa revolusi tahun 1966. Pada masa jabatannya yang hanya satu tahun itu, Siti Maryam merintis masuknya pesawat Perintis di Bima. Kala itu Gubernur NTB dijabat Ruslan Cakraningrat. Akhirnya usulan Siti Maryam diterima Gubernur dan Bandara Palibelo waktu itu diperbaiki kembali dan mendaratlah pesawat perintis Merpati Pertama di Bima.
Nah, perempuan ketiga yang akan memimpin Kabupaten Bima adalah Hj. Indah Dhamayanti Puteri, istri almarhum H. Ferry Zulkarnain, ST. Sejak menjadi istri Bupati Bima tahun 2005 hingga penghujung tahun 2013, Dinda menjadi pendamping setia Sang Suami dalam suka maupun duka. Kepemimpinan Ferry Zulkarnain yang suka blusukan dan tidur di desa-desa, tetap selalu didampingi oleh Dinda. Sejak itulah, Sang Idola mulai dikenal luas oleh masyarakat Kabupaten Bima. Pada pemilu legislative 2014, Dinda tampil di pentas politik dan berhasil menduduki posisi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bima. Jabatan itu hanya disandang setahun. Karena dorongan kuat dari rakyat Kabupaten Bima yang menginginkannya menjadi Bupati Bima untuk melanjutkan kiprah dan perjuangan almarhum H. Ferry Zulkarnain. Akhirnya Dinda melepaskan jabatannya sebagai Wakil Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten Bima. Tidak mudah melepaskan jabatan di DPRD dan bertarung di Pilkada.Tetapi spirit itu memuncak ibarat Pepatah “ Keyakinan yang kuat akan meruntuhkan gunung yang tinggi”. Itulah modal utama Dinda tampil di Pemilukada Kabupaten Bima. menempuh perjalanan yang berliku, mengharukan dan mengesankan.Nyaris tidak ikut sebagai kontestan Pemilu karena dualisme kepemimpinan Partai Golkar di tingkat pusat. Tetapi dari tahap demi tahap Pemilukada, semuanya berakhir dengan INDAH dan RAMAH.
Semoga, kemenangan ini akan menjadi spirit perjuangan baginya dalam mewujudkan amanah Rakyat di Kabupaten Bima tercinta. …..!
Selamat dan Sukses
Selamat dan sukses untuk 4 pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bima serta tim sukes,simpatisan dan relawannya.
Selamat dan Sukses untuk Pilkada Damai…..!(Alan Malingi).

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...